Apabila merasakan jiwa kosong dan terasa amat sunyi maka kehidupan umpama lorong duka lara, simpang siurnya adalah kekeliruan dan kekecewaan sedangkan deru anginnya adalah nyanyian kedukaan.. Memberi kesan yang mendalam pada satu hakikat cinta.. Pada satu keyakinan di dalam jiwa, sedang hati itu kian menjauh..
Tidak ada lagi keindahan pada mahligai tersergam juga kebahagiaan pada segala kemewahan dan solekan dunia.. Hanya membiarkan diri itu menjadi tanda tanya.. Siapa yang merasakan kesengsaraan yang ditanggung.. Siapa yang mengerti akan perasaan yang di lalui..
Jiwa adalah sarang kebahagiaan, taman ketenangan dengan seribu janji senyuman.. Memberi satu laluan yang tiada penatnya bagai sungai jernih yang mengalir laju ke laut.. Bagai deruan ombak yang tak henti henti membadai pantai..
Kemanakah hilangnya nikmat satu kehidupan yang menjanjikan bahagia?
Dari manakah datangnya kepuasan jika diri hanya memeluk tubuh menanti tibanya cinta?
Kita tetap manusia, memerlukan hidayah untuk diisikan pada jiwa agar diri mengenal erti takut dan tunduk.. Kerana takut itulah yang akan mengajarnya erti keberanian dan tunduk itulah yang akan mengajarnya erti ketinggian.. Mengerti akan sakit dan bahana jika tergelincir jatuh..
Keberanian untuk menempuh pahit dan getirnya kehidupan serta ketinggian untuk memetik buah kebahagiaan
dalam rimbunan pepohon keimanan.. Merasa betapa manisnya terasa bila jiwa itu ada rasa ketenangan..
Beruntunglah pada hati hati yang memiliki ketenangan jiwa yang di cari.. Mendayu rasa sebak di dada bila masih ada lagi kerunsingan dan ketakutan yang amat sangat tentang rasa jiwa yang hilang.. Semakin hilang di rasai.. Semakin sakit tersiksa..